Inklusif – Kamu pasti sudah sering mendengar atau membaca kata “inklusif”, baik di media massa maupun di poster-poster yang tertempel di suatu tempat. Biasanya, kata “inklusif” dilekatkan pada ajakan kepada masyarakat untuk menerima dan menghormati perbedaan. Karena negara kita multikultural, tentu ajakan untuk menciptakan lingkungan inklusif menjadi sangat penting.
Keberadaan lingkungan inklusif ini juga diimplementasikan sugar slot dalam konsep pendidikan yang juga didukung oleh negara melalui Konstitusi. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan inklusi? Bagaimana penerapan konsep pendidikan yang dicanangkan negara ini? Nah biar kamu nggak bingung, yuk simak ulasannya berikut ini!
Definisi Inklusif
Kata “inklusif” berasal dari bahasa Inggris “inclusion” yang berarti ‘mengundang’ atau ‘mengikutsertakan’. Sedangkan lawan kata dari “inklusif” adalah “eksklusif” yang berarti “mengecualikan” atau “memisahkan”. Jika dilihat dari slot bet 800 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ini mempunyai arti ‘masuk’ dan ‘menghitung’. Jadi, dapat disimpulkan bahwa “inklusif” adalah upaya untuk menerima dan berinteraksi dengan orang lain meskipun orang tersebut mempunyai perbedaan dengan kita. Singkatnya, hal ini hampir sama dengan toleransi yang harus diterapkan dalam masyarakat multikultural.
Sikap ini secara tidak langsung mengajak kita untuk memahami permasalahan yang dialami orang lain, sehingga tidak asal menghakimi. Oleh karena itu, sikap tersebut dapat diterapkan dalam masyarakat multikultural, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Contoh sederhana dari sikap ini antara lain menghormati orang yang lebih tua, menghargai waktu ibadah orang lain, dan masih banyak lagi yang lainnya. Adanya sikap inklusif harus ditanamkan dalam keluarga dan sekolah sejak dini, sehingga dapat “menempel” hingga dewasa. Karena kelak ketika kita besar nanti kita akan banyak bertemu dengan orang-orang yang berbeda suku, budaya, latar belakang, status, dan pola pikir, sehingga kita harus menghargai perbedaan tersebut.
Manfaat Inklusif
Penerapan sikap tersebut tentu memberikan berbagai manfaat bagi kita, khususnya raja mahjong yang hidup dalam masyarakat multikultural. Bahkan sebisa mungkin sikap ini harus diajarkan sejak dini. Jika kamu memiliki anak kecil, saudara kandung atau keponakan laki-laki, sangat penting untuk mengajari mereka sikap ini.
Baca juga: Pengaruh Stereotip terhadap Keberhasilan di Sekolah
Konsep Pendidikan
Kamu perlu mengetahui bahwa sikap tersebut telah diterapkan dalam konsep pendidikan yang dicanangkan oleh negara kita sendiri. Yap, istilah pendidikan sebenarnya diciptakan oleh UNESCO yang kemudian digaungkan oleh banyak negara di slot deposit 25 bonus 25 dunia, salah satunya Indonesia. Pada dasarnya pendidikan inklusif itu ramah anak, karena sasarannya adalah anak-anak berkebutuhan khusus agar bisa tetap bersekolah seperti anak-anak lainnya.
Istilah pendidikan inklusif atau pendidikan inklusif diciptakan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) alias Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan jargonnya berupa Education for All. Artinya, pendidikan ini harus ramah terhadap semua orang dan menjangkau semua orang tanpa terkecuali. Setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat pendidikan yang sebesar-besarnya. Hak dan kesempatan tersebut tidak dibedakan berdasarkan status fisik, mental, sosial, emosional, bahkan sosial ekonomi, sehingga setiap orang, siapapun mereka, dapat mengakses pendidikan.
Sejarah Perkembangan Pendidikan
Awal mula keberadaan pendidikan inklusif berada di negara-negara Skandinavia yaitu di Denmark, Swedia dan Norwegia. Saat itu pada tahun 1960-an, Presiden Amerika Serikat, J.F. Kennedy mengirimkan pakar Pendidikan Khusus ke Skandinavia untuk mempelajari mainstreaming dan Least Restrictive Environment, yang ternyata cocok diterapkan di Amerika Serikat.